Saat malam mulai
larut
Suasanapun semakin senyap
Aku terbujur dalam kekakuan
Karena hati terpasung
dalam kesepian
Kesedihan dengan kesendirian
Seakan menggugurkan sejuta
harapan
Sepinya malam berlalu
sudah
Pagi datang mengawali
hari baru
Aku terbangun dari panjangnya
malam
Perlahan aku bergerak,
Berdiri dan kubuka jendela
Tersiratlah cahaya mentari
pagi
Menyinari……
Menghempaskan semua khayalan
kepahitan
Memang, Aku harus tetap
tegar berdiri
Songsong hari yang baru
Sambut dengan sesuatu
yang indah
Wujudkan misteri cita
dan cinta
Sambutlah ‘si CINTA’
yang cantik
Berikan dia senyum
Warnailah hari-hari dengan
cinta
Kebenderangan
Kala malam semakin larut
Aku terpaku di dalam kesunyian
Terdiam menatap ilusi
kesendirian
Diriku seakan terbiar
dalam kehampaan
Kebekuan jiwa menjelma
Kedinginan nurani selalu
menemani
Aku merindu tentang kehangatan
Aku bermimpi tentang keindahan
Saat tirai kegalauan mulai
tersibak
Fatamorgana menjauh dari
realita
Hingga tersingkaplah kebenderangan
Makna kedamaian yang hakiki
Arti Cinta
Di dalam kedinginan jiwaku
Kau hadir mendekap erat
kalbuku
Dalam kesendirian nuraniku
Kau temani aku dengan
kemesraan
Dalam kegalauan jiwaku
Kau hadir untuk menghiburku
Dalam kesepian malamku
Kau hadir dalam indahnya
mimpiku
Tiada yang kupikirkan
selama ini
Kecuali aku merasa berarti
bersamamu
Kan kuayun langkahku ini
Bersama irama kerinduan
Kangen khan slalu menyelimuti
hatiku
Tak ada sesuatu terindah
untuku
Karena kau segala-galanya
bagiku
Arti perasaan
Dikala aku merindu
Ingin kutulis sejuta syair
indah
Ingin rasanya aku berkisah
Tentang semua kekangenanku
Di saat ini seolah aku
sulit mencari
Dermaga yang berairkan
tinta emas
Dan pena antik untuk mengukirnya
Aku takut terdampar di
pulau sana
Yang penuh dengan ketidakpastian
Paradigma ?!!!
Hari demi hari terus berjalan
Pergantian waktupun tidak dapat dielakan
Perubahan adalah sebuah realitas yang harus dihadapi
Sebagai konsekwensi logis atas akhir dari setiap langkah
Paradigma hidup merupakan acuan dalam melangkah
Sebagai barometer dalam menjalani hidup
Menuju sebuah wujud misteri
‘Cita-cita’
Perenungkan kembali tentang Paradigma hidup
Tentang cita-cita yang tergantung di angkasa
Katakanlah kamu bisa untuk meraihnya
Kamu bisa untuk menjalaninya
Gapailah semuanya
‘Sungguh beruntunglah orang yang slalu mensucikan diri
(Kembali kepada fitrah dan kesucian )’
‘Selamat Ulang Tahun ’
Success for You
Kujelang….
Pagi yang indah kujelang
kembali
Menghempaskan mimpi meraih
bergantinya hari
Di ufuk timur tersirat
cahaya kedamaian
Membangkitkan semangat
menghangatkan perasaan
Hembusan angin menemaniku
berjalan
Mengiringi langkah berpadu
dalam kepastian
Gemersik dedaunan bak
irama kehidupan
Selalu setia menyanyikan
lagu kemenangan
Dalam menggapai makna
cita dan cinta
Dalam mewujudkan makna
hidup yang sesungguhnya
Biarkan pergantian hari
terus berjalan
Karena setiap saat akan
selalu kujelang
Bingkai kehidupan
Masa demi masa berlalu
sudah
Kemana kaki jalan melangkah
Liku-liku kehidupan mengukir
sejarah
Kini saatnya berpotret
diri
Berbenah dari segala keburukan
Meningkatkan semua kebaikan
Ramadhan sebentar khan
tiba
Kini saatnya tuk membuka
pintu hati
Memaafkan semua kehilafan
Mari kita sambut dengan
gembira
Dengan memperbanyak ibadah
Tuk menggapai tingkatan
taqwa
Derajat tertinggi disisi
khalik
Semoga Allah selalu membimbing
kita
Dan nanti memasukkan kita
dalam surga-Nya
Amiin
Puisi angin
Di
kesepian malam aku sendiri
Termenung
dibawah cahaya rembulan
Pucuk-pucuk
daun meliuk indah
Mengikuti
irama angin perlahan
Angin….,
Aku hargai kau menghiburku
Memang
tidak ingin aku berlama-lama
Larut
dengan gelapnya malam
Terombang-ambing
oleh kelamnya awan
Angin….,
Tolong katakan pada bintangku
Aku
rindu dan berharap dia hadir disini
Dengan
segala ketulusan cintanya
Ingin
aku mengajaknya bernyanyi
Menari,
berdansa berdua
Angin…,
katakanlah padanya
Aku
perlu belaian sejuta kasihnya
Ingin
aku menikmati indahnya malam ini
Dengan
kehangatan peluk mesranya
Angin…,
untuk yang terakhir
Katakanlah
padanya
Aku
benci dengan kesendirian ini
Kesendirian
Di
kesepian malam aku sendiri
Fikiran
menerawang menjelajah angkasa
Ingin
rasanya kubuka semua tabir gelap
Sehingga
bisa kunikmati indahnya rembulan
Beserta
gemerlapnya selaksa bintang
Semilir
angin berhembus perlahan-lahan
Seolah
tak ingin mengusikku dari lamunan
Pucuk-pucuk
daun menari penuh kemesraan
Seakan
tiada bosan untuk selalu menghibur
Semua
gundah dan keresahan hatiku
Ketika
malam semakin larut
Aku
sadari akan kesenmdirianku
Semuanya
memang penuh ketidakpastian
Kecuali….
Bisa kunikmati sisa hidup ini
Dengan
cinta dan kasih sayang
Dimana
semuanya serba tulus
Dimana
semuanya serba ikhlas
Dimana
semuanya penuh kerelaan
Tanpa
pamrih dan pengharapan
Kepastain
Ketika
kupaksa mata ini terpejam
Justru
hati terus cerita
Bicara
tentang kesepian malam
Tentang
matahari yang telah tenggelam
Kesepian
adalah pengharapan kasih
Sedang
tenggelam adalah masa lalu
Saat
akhir tidak berarti kebahagiaan
Perasaan
menjadi terlukakan
Khan
kucari mutiara ketulusan
Kristal
mujarab penawar kepedihan
Sungguh,
hanya sang dewi yang memiliki
Sebelum
fajar di ufuk timur menjelang
Kupastikan
sang dewi adalah penentuan
Kesembuhan
atas sayatan luka-luka ini
Cinta
Ketika
aku datang
Di
dunia pewayangan cinta
Cuma
satu yang aku bawa
Perasaan
kasih di dalam dada
Yang
bisa merubah satu wacana
Menjadi
cerita panjang
Yang
berbelit susah mengambarkannya
Tak
ada alasan lain tentang cinta
Karena
hanya satu yaitu kasih
Kecuali
hanya mengada-ada
Kalau
ada aku tak percaya
Alasan
itu dipaksakan
Dan
akan aku katakan
Sungguh
malang nasib mereka
Karena
tak beda dengan si penjaja
Cinta
adalah rindu
Yang
datang dari dalam kalbu
Bisa
membawa tentram
Dalam
merih kedamaian hidup
Kangen
Dalam remang cahaya lilin
Sekilas nampak kilauan
kasih
Memedarkan arti kekelabuan
hati
Sesaat seolah redup
Membisakan harapan cinta
dan kerinduan
Dalam dada menyesak arti
ketidakpastian
Sesekali ingin semua cita
teraih
Namun, tak dapat menembus
batas ruang
Yang semakin menjauh
Dikala sekelebat kilat
menyala
Cahayanya menyilaukan
mata
Bukan terang yang kuraih
Namun kegelapan setelahnya
Hamparan bunga cinta menjadi
merana
Kedinginan, ingin ada
yang memetiknya
Dipandang ditaruh dalam
vas bunga
Walau nantinya layu
Namun hidupnya menjadi
berarti
Menikmati semua tujuan
yang dicapai
PERJALANAN
Saat hujan semakin deras
kusuri jalan selangkah
demi selangkah
Kuraba bajuku yang sudah
kuyup
serasa dingin udara menusuk
sebentar kutoleh kebelakang
Terlihat jelas roda sejarah
membentang
Angin kencang
Percikan hujan
Halilintar
Semuanya adalah terpaan
kehidupan
Aku berharap reda khan
tiba
Terang khan menjelma
Menjadikan hidup penuh
makna
Puisi Jarum Dan Jerami
Seandainya
kau tak membisu
Tentu
dengan mudah aku meraihmu
Walau
begitu,
Biarlah
kuuji kesabaranku
Khan
kuambil jerami ini satu-satu
Sampai
aku dapat menemukanmu
Lalu
kau rajut kembali kainku
Fatamorgana
Gelap malam penuh kesunyian
Membukakan pintu-pintu
ilusi
Menyibakan tirai-tirai
kegalauan jiwa
Saat perjalanan adalah
perasaan
Hati gelisah menjadi tumpuan
Perlahan-lahan rasio menjauh
Akalpun pergi tanpa berpesan
Saat kusadari semuanya
Aku terbujur di negeri
khayalan
Berharap akan fatamorgana
Senyumanmu
Aku terbayang akan manisnya
senyumanmu
Seakan hanya aku yang
menikmatinya
Namun aku hanya bisa merindu
Akankah cintaku terdampar
disuatu pulau ?
Terbawa hanyut bersama
gelombang kasmaran
Dan berlabuh di pantai
asmara
Tetapi aku sangat yakin
Disana kita khan bercinta
Memadu kasih
Bercerita tentang hari
esok
Khan kubiarkan semilir
angin membelai tubuhku
Hingga aku tertidur dalam
sandaran pelukmu
Namun mengapa suara ombak
membangunkanku
Saat mimpiku menerawang
angkasa
Menjelajahi ruang-ruang
khayalan
Tuhan, mengapa aku ini
?
Terlalu menikmati senyuman
itu
Apakah aku telah menduakan
cintaku dari-Mu
Sampai hatiku bergetar menahan rasa
Namun kini khan kubiarkan
semua berlalu
Terhempas terbawa arus
Ke suatu negeri nun jauh
disana
SIANG YANG BERLALU
Saat
mentari mulai tenggelam
Sayap
malam menutup perlahan
Gelap
sudah menjelang
Panasnya
siang jadi terlupakan
Semua
berlalu
Biarkanlah
siang ini berlalu
IBU
Ibu…
Kini aku tahu
Kesabaranmu
Ketabahanmu
Kecintaanmu
Ibu…
Kini aku rindu
Masakkanmu
Senyumanmu
Belaianmu
Ibu…
Aku tak akan lupa
Kebaikkanmu
Jasamu
Nasehatmu
Ibu…
Ternyata kau adalah segalanya
bagiku
Kuharap kasihmu abadi
selama-alamanya untukku
BUNGAKU
Bungaku…
Kala pagi atau sore hari
Kau taburkan aroma kasih
Membelai kalbu selembut
awan putih
Membawaku ke alam khayalan
indah
Penuh kedamaian dan kebahagiaan
Bungaku…
Kau laksana dewi kayangan
Selalu dipuji setiap orang
Sunggingan senyummu tak
menjemukan
Menggoda mengetarkan hati
Bungaku…
Setiap saat aku nantikan
Lambaian tanganamu mengajakku
Melepas semua kepedihan
hidup
Menyandarkan semua kesusahan
Menuju ketenangan bathin
Dalam menikmati hidup
ini
Perubahan
Saat rembulan tertunduk
sendu
Gema petir menggelegar
Awan kaget ikut bermuram
Mencucur hujan rintik
perlahan
Merubah egois yang membatu
Menjadikan hati penuh
pengharapan
Arti Kembali
Pohon besar di tanah gersang
Saat hujan Menerjang
Dia jatuh dengan terlentang
Dimakan rayap terlapukkan
Jadikan semua tak berdaya
Semuanya menjadi satu
Tidak terkenali lagi
Puisi Batu
Goresan itu
Mengukir batu jadi saksi
Membisu
Dengan satu kalimat
Aku cinta kamu !!
Penilaian Cinta
Dusun yang sepi
Ada seorang perempuan
tua
Dengan suami renta yang
buta
Seolah mereka tak berdaya
Mereka hanya berkebun
Itulah kedamaian mereka
Kenapa orang hanya menduga
Padahal mereka punya cinta
Yang tak seorangpun mampu
menilainya
Terbujur
Aku terbujur
Di sebuah sudut yang pengap
Hanya coro yang menemaniku
Dia katakan sesuatu padaku
Orang memandang kita hina
Tetapi …
Bisakah kita katakan
Bahwa mereka bijaksana
Biarkan mereka menilai
kita
karena kita adalah kita
Kepahitan
Pisau menoreh hatiku
Melukakan perasaan
Menyayat
Menjadikan hidup berubah
arti
Saat takdir itu merenggut
Kepahitan adalah realita
Kebahagiaan jadi impian
Akhirpun tak terelakkan
Salam perpisahan
Kini, hatiku tergores
kesedihan
Ketika terucap salam perpisahan
Walau air mataku tak berlinang
Bukan berarti suatu kerelaan
Saat-saat langkah terayun
Jarak kita-pun semakin
membentang
Akankah semuanya jadi
terkenang
Atau hanyut terbawa gelombang
Bahkan mungkin terkubur
oleh waktu dan keadaan
Sobat, dalam hatiku ini
Akan tetap membekas suatu
kenangan
Kau sungguh baik, supel
dan komunikatif
Siapapun mengenalmu pasti
akan merindu
Namun untukku, janganlah
kau biarkan
Aku terkulai lemas dalam
kehampaan
Karena rasa kangenku yang
tidak kau harapkan
Gelisah
Gelap malam penuh kesunyian
Lamunan jauh menerawang
angkasa
Membukakan pintu-pintu
mimpi
Menyibakan tirai-tirai
kegalauan jiwa
Bias keremangan memudarkan
kasih
Memutar hati menguak arti
ilusi
Memedarkan beribu warni
cahaya
Membayang menjauh dari
arah cita
Katak merengek ikut meresah
Menggugah hati kala gelisah
Air hujan menetes berduka
Membasah bumi ikut bersedih
Gema kegundahan kian bertalu
Gemercik air melantun
irama nan merdu
Berhembus angin membelai
lembut
Gemerisik suara daun menghibur
Membangkit menggugah kalbu
Meliuk menari rumput nan
ayu
Melambai perlahan seolah
mengajak
Melepas duka menjemput
cinta
Merayu bernyanyi kerinduan
Menyongsong esok akan
kebahagiaan
Di Sisi Malam
Ketika
kabut tersibak
Rembulan
memancarkan sinarnya
Malam
yang muram telah berlalu
Makna
kegelapan menjadi tertampikan
Nur
kebenaran adalah kebenderangan
Saat
kepala makin merunduk
Kucium
tanah bukti kehinaanku
Sebagai
tanda Agungnya sang Khalik
Isak
tangisan begitu lirih
Seirama
kidung detak jantung
Air
mata berderai tak tertahan
Mencapai
kekhusukan semakin dalam
Saat
dingin semakin menusuk
Disinilah
aku semakin mengenal Tuhan
Aku Tak
Ragu
Tuhan,
Aku yakin dengan segala
kasih-Mu
Dan aku percaya akan semua
sayang-Mu
Namun mengapa aku ini
???
Selalu tak tahu diri
Apakah ada sesuatu yang
mengunci hatiku ?!
Sehingga aku lupa akan
semua cinta-Mu
Tuhan,
Kau pasti selalu mendekapku
Namun aku tempikkan arti
kehangatan-Mu
Apakah aku insan tak tahu
balas budi ?!
Kurang bersyukur
Selalu mencari dan berharap
yang lebih
Bahkan tanpa terasa dan
tak tersadari
Mungkin aku memohon selain
kepada-Mu
Tuhan,
Andaikan aku selalu bersujud
pada-Mu
Dan bersimpuh di dalam
rumah-Mu
Tentu Engkau mau menerima
tobatku
Namun aku kadang merasa
lain
Karena banyak dosa yang kulakukan
Tuhan,
Aku tahu tangisku tak
berarti bagi-Mu !!
Kini biarlah aku merenungi
semuanya
Dan akan kucari pintu
insyafku
Tapi, aku yakin dan tak
meragukan
Akan semua ampunan-Mu,
Tuhan.
Keagungan
Tuhan
Merah merona bola api
di atas cakrawala
Tanda terbitnya sang surya
di ufuk pagi
Suara burung bernyanyi
riang bergerak kian kemari
Menggugurkan sejuta embun
dari kerindangan daun
Semua itu bukti Agungnya
ciptaan Tuhan
Sebagai manusia hendaklah
bersyukur
Ketemu lagi akan hari
Setelah sesaat mengunci
rasa
Melupakan semua problema
Kini ditantang perjalanan
hidup
Membuktikankan semua impian
dan harapan
Kalau kita sadar, nyata
ataupun tidak
Itulah garis takdir Tuhan
Semuanya ini perjalanan
waktu
Manusia hanya bercita
Namun begitu, yakinkan
diri ini
Hidup ini jangan disia-siakan
Berbagi Kasih
Kulihat
daun meliuk
Disaat
kejora mulai menghilang
Pagi
datang begitu cepat
Sayang
sungguh sayang memang !!
Juita
malam menjadi penantian
Indahnya
pagi di pantai pengharapan
Merupakan
suatu makna keceriaan
Saat
ombak menuju ke tengah
Pasti
ia akan kembali lagi
Membawa
buih putih arti kehidupan
Meratakan
hamparan pasir yang berserakan
Di
tengah laut dari kejauhan
Perahu
kecil terihat menepi
Membawa
seribu ikan hasil tangkapan
Dengan
senyum kebahgiaan nelayan
Ketika
terkatung di tengah samudra
Tidaklah
sempat berfikir tentang cinta
Semuanya
seakan sirna
Kini
saatnya berbagi kasih
Dengan
permata hati
Yang
slalu menanti
Malang
Saat sosok itu terlentang
Terkulai di kamar yang
remang
Tanpa busana
Tak kenal budaya
Aku hanya mendengar
Gertakan kuat
‘ingat aku adalah
uang’
Perjalanan
Wanita malam jadi kenangan
Dalam suatu perjalanan
Bola matanya indah menggoda
Memberi rayuan tentang
kemesraan
Sungguh murah kau tawarkan
Ternyata cukup uang recehan
Cuma sekedar untuk membeli
jajanan
Pernah sesekali aku tanyakan
Mengapa tak kau tinggalkan
hal demikian
Sebab itu kesia-siaan
Tak salah memang kau katakan
Kalau itu saling menguntungkan
Tetapi ada pihak yang
dirugikan
Ibumu yang melahirkan
Wanita
Wanita punya hak juga
memiliki kewajiban
Tetapi selalu disalahtafsirkan
Hingga kadang menyalahi
aturan
Emansipasi diputarbalikkan
Sebagai dalih atau alasan
Hanya untuk mencari kepuasan
Kau korbankan kasih sayang
Anak-anak kau terlantarkan
Dan masih banyak yang
dicampakkan
Lalu bagaimana akan nasib
bangsamu
Saat keluarga tak kau
hiraukan
Sungguh, slogan indah
jadi kenagan
Wanita tiang negara
Kini menjadi puntung yang
berserakkan
Syair metafisik
(Merambah
kegaiban dunia lain)
Alam
ini seolah tidak nyata
Seakan-akan
dunia bayangan
Tetapi
dunia ini punya dimensi
Dimensi
lain yang imateri
Hanya
rasa iman yang bisa menggapainya
Entahlah,
memang alam ini serba aneh
Pengamanannya
sungguh ekslusive
Penjagaan
yang ekstra ketat
Dengan
benteng yang begitu kokoh
Seakan
beruratkan besi bertulangkan baja
Begitu
susah menembus dunia ini
Hanya
dengan akses yang tepat
Dan
prasarat pasport yang lengkap
Barulah
bisa memasukinya dengan aman
Ketika
ada yang mencoba memaksa
Hanya
mengakibatkan luka-luka
Seandainya
memang bisa
Hanya
mengakibatkan sengsara
Merantau
di dunia metafisik
Tanpa
arah dan tujuan yang pasti
Kehancuran
buat si pemaksa
Siksa
menjelma menggerogoti hidupnya
Hanya
Tuhan-lah yang dapat menyembuhkannya
Andai
kesabaran menghinggapi kehidupannya
Kata iya
Mengangguk kata setuju
Tapi bukan berarti iya
Mengapa sahabat tak bertanya
?!
Hanya bergeleng kepala
Kalau sahabat tak paham
Uneg-uneg jangan disimpan
Ungkapkan semua perasaan
Hak berpendapat dijamin
undang-undang
Sudah jelas di pasal dua
delapan
Diam bukanlah emas
Emas ada di busang
Katanya sedang diributkan
Siapa yang bakal jadi
jutawan
Mungkin mereka yang menambang
Sahabat juga mungkin nanti
kecipratan
He…. he….
Jangan terlalu banyak
termangu
Sebentar lagi khan pemilu
Jangan sampai terpancing
isyu
Sekarang khan musim dikompor-komporin
Apa lagi sambil dikipas-kipasin
Bisa-bisa kebakaran nanti
Dengarlah kami
Saat-saat kaki terlangkahkan
Sejenak hati berfikir
tentang keadilan
Ketika bangsa dilanda
bencana
Ketika rakyat kecil dirundung
duka
Ketika semua orang berharap
tanya
Mana yang benar dan mana
yang salah ?!
Banyak sosok muncul seolah
pakar
Berteriak-teriak seakan
benar
Seharusnya begini dan
seharusnya begitu !!
Ternyata semua hanya teori
membingungkan
Di sudut-sudut kota dan
pelosok negeri
Rakyat jelata menggeliat
kelaparan
Anak-anak mulai putus
harapan
Akan kemana kami mencari
Napas kebebsan yang semakin
sesak
Angin kehidupan yang mulai
hilang
Sungguh tragis dan ironis
Rupiah terpuruk dalam
kekhawatiran
Si awam hanya bertanya
Dosa siapakah ini ?!
Kok kami yang mendapat
siksa
Kami tidak perlu banyak
partai
Kami perlu banyak beras
Kami perlu banyak susu
Kami perlu makan
Dan kami perlu keadilan
Seminggu Di Ladang Tua
Sekian lama aku tak jumpa
Bayangan kerinduan kian
terasa
Tak tahan ingin mendengar
cerita
Seperti beberapa waktu
yang lalu
Ketika kau berkisah di
ladang tua
Hari pertama
Kau terdiam tak dapat
bicara
Hanya mencucurkan air
mata
Saat kucoba menghapusnya
Kau tepiskan tanganku
Waktu itu aku bertanya
Mengapa ???
Namun kau tak kuasa menjawabnya
Tapi aku tahu kau tidak
merahasiakannya
Hari kedua
Kau baru menjawabnya
Kau merasa khawatir tentang
adikmu
Yang hidup dirantau orang
Kau takut dia tergoda
Oleh bias remang cahaya
kota
Namun kau tak kuasa meneruskan
cerita
Kau cucurkan lagi air
mata
Hari ketiga
Kau melanjutkan ceritanya
Bagiku makan tidak masalah
Hidup di desa tak akan
kelaparan
Namun di kota adikku mau
makan apa
Justru aku takut adikku
dimakan orang
Katanya di kota saat sekarang
Tidak berfikir lagi besok
makan apa
Tetapi besok saya mau
makan siapa
Kau menangis lagi
Membuang air mata tanda
berduka
Hari keempat
Ini tak akan ku lupa
Saat kau merayuku agar
menanggapi
Semua cerita tiga hari
yang lalu
Aku tak mau untuk bicara
Akhirnya kau meneruskan
cerita
Tentang adiknya yang sangat
dia cintai
Sampai kini tak kunjung
pulang
Kau berharap agar adikmu
cepat kembali
Hari kelima
Kau bercerita tentang
metropolitan
Yang penuh dengan aktivitas
kejahatan
Sikut kiri sikut kanan
itu kebiasaan
Apakah adikku selamat
dari todongan
Kesombongan dan kekerasan
zaman
Kau menangis lagi
Dan tak kuasa cerita lagi
Hari keenam
Aku masih teringat
Saat kau bertutur tentang
ibumu
Ketika dia mulai tua renta
Bahkan sampai akhir hayatnya
Kau katakan ibumu adalah
keabadian kasih
Tak pandang pamrih
Ikhlas dalam menjaga anak-anaknya
Inikah arti surga di bawah
telapak kaki ibu
Kau malah merenung sampai
tak cerita apapun lgi
Hari ketujuh
Ini hari terakhir kau
bercerita padaku
Karena aku akan ke rantau
Mencari pengalaman ke
kota orang
Kau berharp agar aku dapat
bertemu dengan adiknya
Dan menyampaikan salam
kekangenannya
Sekarang kau akan mencoba
untuk melupakannya
Karena adikmu tak memberi
kabar berita
Kau ucapkan selamat jalan
padaku
Inilah kisah seminggu
di ladang tua
Namun sampai kini ku takkan
lupa
Dan sekarang akan kucoba
mencari adiknya
Untuk membantu temanku
disana
Yang selalu berduka tentang
adiknya
Berdoalah temanku agar
aku menemukannya
Amiin
Diaolog rasio dan hati
(Tentang ungkapan perasaan
hati)
Rasio berkata “
kenapa kau laukan itu hati?”
“entahlah, hanya
itu yang ingin aku katakan” jawab hati.
“apakah aku terlalu
….Egois, emosi atau agresif”,
Lanjut hati.
“sudahlah, mungkin
aku yang salah ?,
Aku tidak bisa memantaumu”,
lanjut rasio.
“tidak rasio, aku
terlalu memaksakan,
Seolah aku tak sadar dengan
keadaanku.
Mungkin aku benar-benar
lupa dan lalai,
Dan kau menganggapku konyol
khan ?”
Kata hati panjang lebar.
“biarlah rasio,
apa yang telah aku katakan
Aku yang akan menanggung
akibatnya
Aku telah coba melakukan
yag terbaik untukku
Walau harus menghancurkan
diriku
Asal aku tidak melukakan
orang lain
Aku akan tetap berbahagia.
Kau telah mengingatkanku
rasio, terima kasih”
Hati menambahkan ungkapannya.
“hati, biarlah semuanya
berjalan dengan relita
Mungkin kita harus bersikap
sedikit bijak
Tidak usah terlalu berharap”Rasio
menambahkan.
“aku setuju rasio”
sahut hati.
Lalu keduanya terdiam
seolah tidak ada pembicaraan lagi.
Dan begitulah sampai keduanya
terlelap dalam tidur karena kelelahan.
From
my friend
………..
Sobatku, di tengah malam
Yang sepi …..
Aku termenung sendiri
Dan dalam kesendirian
ini
Aku tak tahu apa …..
Rasa rindu selalu ada
Tapi akupun tak tahu
Apa yang aku rindukan
…..
Sobat, siramilah diriku
Dengan kasih dan cintamu…..
Agar aku tahu apa arti
Kesendirian dan rinduku
ini
From : Ririe
Betapa
Tuhan …
Betapa dingin dekapan-mu
Sejak aku tak pernah lagi
ke rumah-mu
Betapa kabur penglihatanku
Sejak cahaya-mu semakin
redup
Pada setiap sudut pengembaraanku
Betapa sunyi pendengaranku
Sejak aku tak perduli
Suara orang-orang memanggil-mu
Tuhan
Betapa seluruh tubuhku
luluh
Sebab matahari mengantarai
jarak kita semakin jauh
Tuhan
Betapa aku tak mampu
Luput dari dekapan-mu
Sebab kini kumengerti
Dirumah-mu aku adalah
tamu
from Dian H.
Yang tersayang
Kau bangun
Kugendong
Kutimang
Kau bermain
Kuasuh
Kutemani
Kau menangis
Kuhibur
Kucanda
Kau mengantuk
Kudendangkan
kukisahkan
Kau tidur
kubelai
kucium
Kudekap
Kau pergi
Kutersedu
Kucari
kurindu
Kau ….
From Dian
Tujuh Paragraf Saja
Paragraf pertama
Saat hujan semakin deras
kusuri jalan selangkah
demi selangkah
Kuraba bajuku yang sudah
kuyup
serasa dingin udara menusuk
sebentar kutoleh kebelakang
Begitu dalam arti perjalanan
percikan air adalah terpaan
Halilintar pemanis makna
Saat reda adalah harapan
jiwa
menjadikan terang nur
kehidupan
Paragraf kedua
Kala membayang terang
rembulan
merenung menjadi makana
harapan
waktu kecil adalah kedamaian
saat remaja masa pematangan
jiwa
kini kutatap cermin kedewasaan
kukerutkan keningku
seraya aku berkata pada
bayanganku
belajarlah dari perjalanan
hidupmu
raihlah cita-citamu diatas
bintang persia
dan jadilah dirimu dalam
sebuah jati diri